Kamis, 13 Oktober 2011 | By: Jakarta Punya

Profil Ali Sadikin


Ali Sadikin
(lahir di SumedangJawa Barat7 Juli 1927 meninggal di Singapura20 Mei2008 pada umur 80 tahun)


Ali Sadikin adalah seorang letnan jenderal KKO-AL (Korps Komando Angkatan Laut) yang ditunjuk oleh Presiden Soekarno menjadi Gubernur Jakarta pada tahun1966. Sebelumnya, ia pernah menjabat sebagai Deputi Kepala Staf Angkatan Laut, Menteri Perhubungan Laut Kabinet Kerja, Menteri Koordinator Kompartemen Maritim/Menteri Perhubungan Laut Kabinet Dwikora dan Kabinet Dwikora yang disempurnakan di bawah pimpinan Presiden Soekarno. Ali Sadikin menjadi gubernur yang sangat merakyat dan dicintai rakyatnya. Karena itu ia disapa akrab oleh penduduk kota Jakarta dengan panggilan Bang Ali sementara istrinya, Ny. Nani Sadikin, seorang dokter gigi, disapa Mpok Nani.



Ali Sadikin adalah gubernur yang sangat berjasa dalam mengembangkan Jakarta menjadi sebuah kota metropolitan yang modern. Di bawah kepemimpinannya Jakarta mengalami banyak perubahan karena proyek-proyek pembangunan buah pikiran Bang Ali, seperti Taman Ismail MarzukiKebun Binatang RagunanProyek SenenTaman Impian Jaya AncolTaman Ria MonasTaman Ria Remaja, kota satelit Pluit di Jakarta Utara, pelestarian budaya Betawi di kawasan Condet, dll. Bang Ali juga mencetuskan pesta rakyat setiap tahun pada hari jadi kota Jakarta, 22 Juni. Bersamaan dengan itu berbagai aspek budaya Betawi dihidupkan kembali, seperti kerak telorondel-ondellenong dan topeng Betawi, dsb.
Ia juga sempat memberikan perhatian kepada kehidupan para artis lanjut usia di kota Jakarta yang saat itu banyak bermukim di daerah Tangki, sehingga daerah tersebut dinamaiTangkiwood.
Selain itu, Bang Ali juga menyelenggarakan Pekan Raya Jakarta yang saat itu lebih dikenal dengan nama Jakarta Fair, sebagai sarana hiburan dan promosi dagang industri barang dan jasa dari seluruh tanah air, bahkan juga dari luar negeri. Ali Sadikin berhasil memperbaiki sarana transportasi di Jakarta dengan mendatangkan banyak bus kota dan menata trayeknya, serta membangun halte (tempat menunggu) bus yang nyaman.
Di bawah pimpinan Bang Ali, Jakarta berkali-kali menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) yang mengantarkan kontingen DKI Jakarta menjadi juara umum selama berkali-kali.
Salah satu kebijakan Bang Ali yang kontroversial adalah mengembangkan hiburan malam dengan berbagai klab malam, mengizinkan diselenggarakannya perjudian di kota Jakarta dengan memungut pajaknya untuk pembangunan kota, serta membangun kompleks Kramat Tunggak sebagai lokalisasi pelacuran. Di bawah kepemimpinannya pula diselenggarakan pemilihan Abang dan None Jakarta.
Masa jabatan Ali Sadikin berakhir pada tahun 1977, dan ia digantikan oleh Letjen.Tjokropranolo.
 
Setelah berhenti dari jabatannya sebagai gubernur, Ali Sadikin tetap aktif dalam menyumbangkan pikiran-pikirannya untuk pembangunan kota Jakarta dan negara Indonesia. Hal ini membawanya kepada posisi kritis sebagai anggota Petisi 50, sebuah kelompok yang terdiri dari tokoh-tokoh militer dan swasta yang kritis terhadap pemerintahan mantan Presiden Soeharto

Bang Ali meninggal di Singapura pada hari Selasa20 Mei 2008. Dia meninggalkan lima orang anak lelaki dan istri keduanya yang ia nikahi setelah Nani terlebih dahulu meninggal mendahuluinya. Presiden Susilo Bambang Yudhoyonoanak sulung mantan presiden SoehartoSiti Hardijanti Rukmana turut hadir melayat ke rumah duka.
Jenazahnya dimakamkan di TPU Tanah Kusir.

Museum Pengkhianatan PKI "LUBANG BUAYA"

Museum Pengkhianatan PKI (Komunis) berada di dalam satu kompleks dengan Monumen Pancasila Sakti yang berada di Jl. Raya Pondok Gede, Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur,beberapa ratus meter dari Asrama Haji Pondok Gede. Museum Pengkhianatan PKI ini dikelola oleh Pusat Sejarah TNI, Departemen Pendidikan, serta Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, memiliki ratusan benda bersejarah terkait dengan peristiwa pemberontakan G30S-PKI.
Pintu gerbang yang tinggi menyambut pengunjung ketika memasuki area Lubang Buaya, dengan jalan masuk yang lebar serta pepohonan rindang di kiri kanan jalan sebelum akhirnya sampai di area parkir yang luas. Pengunjung membayar karcis masuk sebesar Rp.1.500 per orang, baik dewasa maupun anak-anak, dengan karcis parkir bus Rp. 3.000, mobil sedan Rp. 2.000 dan sepeda motor Rp. 1.000.

Didalam museum ini kita dapat melihat Diorama TerjadinyaPengkhianatan PKI, diantaranya :
  • Diorama yang menggambarkan aksi teror Gerombolan Ce’ Mamat. Ce’ Mamat adalah gembong komunis 1926 yang menjadi Ketua Komite Nasional Indonesia (KNI) Serang. Ia menuduh pemerintah RI di Banten sebagai kelanjutan pemerintah kolonial Belanda, dan menghasut rakyat agar tidak mempercayai pejabat pemerintah.Pada 17 Oktober 1945 Ce’ Mamat membentuk Dewan Pemerintahan Rakyat Serang, merebut pemerintahan Karesidenan Banten, dan menyusun pemerintahan model Soviet. Ce’ Mamat dan pengikutnya, diantaranya Laskar Gulkut, melakukan aksi teror, merampok rakyat, menculik dan membunuh pejabat pemerintahan. Ketika Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta berkunjung ke Banten, dengan alasan dipanggil Presiden, Ce’ Mamat dan anak buahnya menjemput R. Hardiwinangun, Bupati Lebak, dari rumahnya di Rangkasbitung dan membawanya ke desa Panggarangan. Keesokan paginya, 9 Desember 1945, mereka membunuh R. Hardiwinangun dengan menembaknya di atas jembatan sungai Cimancak dan melempar mayatnya ke sungai.
  • Diorama yang memperlihatkan tindak kekerasan Pasukan Ubel-Ubel di Sepatan. Tangerang, pada 12 Desember 1945. Dimulai pada 18 Oktober 1945, Badan Direktorium Dewan Pusat di bawah pimpinan Ahmad Khairun dengan dukungan gembong komunis bawah tanah berhasil mengambil alih kekuasaan pemerintah RI di Tangerang dari Bupati Agus Padmanegara.Mereka membubarkan aparatur pemerintah dari tingkat desa sampai kabupaten, menolak mengakui pemerintah pusat RI di Jakarta, dan membentuk Laskar Hitam atau Laskar Ubel-Ubel karena berpakaian serba hitam dan memakai ubel-ubel (ikat kepala).Laskar Ubel-Ubel ini melakukan aksi teror dengan membunuh dan merampok harta penduduk Tangerang dan sekitarnya, seperti di Mauk, Kronjo, Kresek dan Sepatan.Pada 12 Desember 1945, di bawah pimpinan Usman, Laskar Ubel-Ubel merampok penduduk Desa Sepatan, melakukan pembunuhan di berbagai tempat, dan membunuh tokoh nasional Oto Iskandar Dinata di Mauk.
  • Diorama yang melukiskan peristiwa revolusi sosial di Langkat pada 9 Maret 1946. Peristiwa ini konon bermula karena berdirinya Republik Indonesia belum diterima sepenuhnya oleh kerajaan-kerajaan di Sumatera Timur. Ketidakpuasan sebagian rakyat yang menuntut penghapusan kerajaan dimanfaatkan PKI dan Pesindo untuk mengambil alih kekuasaan dengan cara kekerasan.Revolusi sosial itu dimulai pada 3 Maret 1946, yang selain bertujuan menghapus kerajaan juga untuk merampok harta benda dan membunuh raja-raja beserta keluarganya. Tindakan teror dan pembunuhan terjadi di Rantau Prapat, Sunggal, Tanjung Balai dan Pematang Siantar pada hari itu.Pada 5 Maret 1946 Kerajaan Langkat secara resmi dibubarkan dan ditempatkan dibawah pemerintahan RI di Sumatera Timur, namun tetap saja pada malam tanggal 9 Maret 1946 massa PKI di bawah pimpinan Usman Parinduri dan Marwan menyerang Istana Sultan Langkat Darul Aman di Tanjung Pura. Istana diduduki massa PKI, beberapa keluarga Sultan dibunuh, dan Sultan beserta keluarganya dibawa ke Batang Sarangan.
  • Diorama tentang pengacauan Surakarta yang terjadi pada 19 Agustus 1948. Sebagai salah satu upaya pengalihan perhatian pemerintah RI terhadap persiapan kegiatan pemberontakan PKI di Madiun. PKI membakar ruang pameran Jawatan Pertambangan ketika berlangsung pasar malam Sriwedari dalam rangka hari ulang tahun kemerdekaan RI. Rembetan api dapat dicegah, namun timbul kepanikan diantara para pengunjung sehingga 22 orang menderita luka-luka. Ada pula diorama pemberontakan PKI di Madiun pada 18 September 1948. Gagal menjatuhkan kabinet Hatta dengan cara parlementer, organisasi komunis membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) dan melakukan aksi-aksi politik serta tindak kekerasan. Musso, yang baru kembali dari Moskow dan mengambil alih pimpinan PKI, menuduh Soekarno-Hatta menyelewengkan perjuangan bangsa Indonesia dan menawarkan “Jalan baru Untuk Republik Indonesia”. Pada saat perhatian pemerintah dan Angkatan Perang terpusat untuk menghadapi Belanda, PKI melakukan kampanye-kampanye menyerang politik pemerintah, melakukan aksi-aksi teror, mengadu domba kekuatan bersenjata, dan melakukan sabotase ekonomi. Dini hari 18 September 1948, ditandai 3 letusan pistol, PKI memulai pemberontakan di Madiun. Pasukan Seragam Hitam menyerbu dan menguasai tempat-tempat penting di dalam kota, termasuk gedung Karesidenan Madiun. Di gedung ini PKI mengumumkan berdirinya “Soviet Republik Indonesia” dan membentuk Pemerintahan Front Nasional. Sejumlah petinggi militer, pejabat pemerintah dan tokoh masyarakat pun dibunuh.
  • Diorama yang menggambarkan saat Musso tertembak mati pada 31 Oktober 1948. Pada 1 Oktober 1948 TNI menguasai Dungus yang dijadikan PKI sebagai basis setelah kekalahan mereka di Madiun. Pemimpin dan pasukan PKI lari ke arah selatan dan berusaha menguasai Ponorogo, namun gagal. Musso dan Amir Sjarifuddin lari menuju gunung Gambes dengan dikawal oleh dua batalyon yang cukup kuat. Mereka berpisah di tengah perjalanan. Musso, yang dengan dua orang pengawalnya menyamar sebagai penduduk desa, tiba di Balong pada pagi tanggal 31 Oktober 1948, dimana ia menembak mati seorang anggota Polisi yang memeriksanya. Dengan naik dokar rampasan dan diiringi pengawal bersepeda, hari itu juga ia tiba di desa Semanding, Kecamatan Somoroto. Ia menembak seorang perwira TNI yang mencegatnya, namun tidak mengenai sasaran. Karena tidak bisa menjalankan kendaraan TNI yang dirampasnya, Musso lari masuk desa dan bersembunyi di sebuah blandong (tempat mandi) milik seorang penduduk. Pasukan TNI yang mengepungnya memerintahkan supaya ia menyerah, namun Musso melawan dan mati tertembak dalam peristiwa.

    Jl. Raya Pondok Gede, Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung,
    Jakarta Timur. Telp: 021-8400423, Fax 021-8411381
    Buka setiap hari pukul 09.00-16.00 WIB, kecuali hari Senin. Setiap tanggal 5 Oktober dan 10 November, pengunjung tidak dikenakan biaya masuk.