Kamis, 03 Maret 2011 | By: Jakarta Punya

The History of Jami Al-Mansyur Mosque


Salah satu masjid tua di Jakarta, dulu bernama Masjid Jami Kampung Sawah, terletak di Jl. Sawah Lio II/33, Kelurahan Jembatan Lima, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. Daerah ini rupanya dihuni orang dari Bima (Sumbawa), karena itu nama Jembatan Lima mungkin salah kaprah dengan Bima. Pada satu peta abad ke-19, kampung ini disebut Sawah Masjid. Didirikan pada abad 18, tepatnya tahun 1130 H (1717 M), ruang utama masjid al Mansur yang sekaligus bangunan tertua, bersegi empat (12 x 14.40 m).
Unsur yang mencolok adalah empat sokoguru yang kokoh dan tampak kekar di tengahnya. Bagian bawah tiang-tiang ini bersegi delapan dan diatasnya terdapat pelipit penyangga, pelipit genta serta rata. Batang utama (di bagian tengah) berbentuk bulat dan dihiasi pelipit juga. Bagian teratas berbentuk persegi empat dan dibatasi pelipit.
Pada ketinggian setengah diantara keempat sokoguru terdapat balok-balok kayu antara lain untuk menopang kedua tangga yang menuju ke loteng. Di atas balok-balok selebar 55 cm itu di sisi kanan dan kiri dipasang pagar setinggi 80 cm. Pola pagar ini berbentuk belah ketupat. Konstruksi ini dan bentuk sokoguru bergaya barat. Atap masjid ini tumpang tiga yang berbentuk limasan. Menara, yang terletak di ruang baru di depan masjid lama, berbentuk silinder setinggi dua belas meter. Pada bagian keempat dan kelima dari menara itu terdapat teras yang berpagar besi. Atap menara berbentuk kubah.
Masjid ini mempunyai peranan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia melawan Belanda dan Jepang di bawah Pimpinan KH. Mohammad Mansyur. Tahun 1947/1948 masjid digrebeg dan ditembaki serdadu NICA, Moh. Mansyur digiring ke Hoof Bereau karena telah berani mengibarkan bendera merah putih di menara masjid. Setelah Moh. Mansyur meninggal tanggal 12 mei 1967, masjid diberi nama Masjid Jami al-Mansyur.

0 comments:

Posting Komentar