Kamis, 15 September 2011 | By: Jakarta Punya

Roti Gambang


Sepintas bentuk dan warna kue gambang memang mirip dengan alat musik gambang kromong.
Mungkin dari sinilah asal muasal dari nama kue gambang. Sedikit berbeda dengan masyarakat Semarang, mereka menyebut kue ini dengan sebutan Kue Ganjal Rel. Masuk akal, karena bentuk kue memang seperti papan bantalan rel kereta.

Roti gambang atau yang sering disebut dengan kue gambang adalah kue yang berasal dari Pulau Jawa. Khususnya banyak dijumpai di Jakarta (Betawi).

Kue warisan dari zaman Belanda ini memiliki rasa yang unik dan khas.Tentu Anda tidak akan menjumpai roti gambang di Belanda, karena adonan roti ini sudah di modifikasi masyarakat setempat. Seperti penggunaan ragi/yeast sebagai bahan pengembang yang biasa digunakan sebagai bahan pengembang roti, diganti dengan baking powder. Gula pasir yang zaman dulu susah didapat, membuat nenek moyang kita mengakalinya dengan mengganti gula merah. Sedangkan bumbu spekoek/spekuk/bumbu lapis legit (campuran bubuk cengkih, pala, kayu, manis) diganti dengan bubuk kayu manis saja yang lebih simpel.
Modifikasi ini membuat roti kambang memiliki tekstur yang empuk namun tidak selembut roti. Cita rasa yang khas dengan aroma wangi bubuk kayu manis dominan.
Rasa manis yang tidak terlalu kuat karena penggunaan gula jawa dan warna kecoklatan dari warna alami gula merah. Aslinya roti gambang memiliki tekstur yang agak keras dan sedikit membal pada bagian tengahnya, sehingga menurut saya lebih cocok di kelopokan dalam kategori cookies atau kue kering. Namun saat ini sebagian bakery memodifikasi adonan kue ini sehingga hasilnya lebih empuk, sesuai selera konsumen yang sedang menggandrungi roti-roti bertekstur empuk. Resep/Dapur Uji/Foto: Budi Sutomo.
Bahan :
400 g g tepung terigu protein sedang (Cap Segitiga Biru)
150 g gula merah, iris halus
100 g mentega/margarin
50 g gula pasir
150 ml air
1 butir telur, kocok sebentar menggunakan garpu
1 sdt baking powder
1 sdt soda kue
2 sdt bubuk kayu manis
2 tetes pewarna cokelat
3 sdm biji wijen sangrai
1 sdm susu bubuk
1 sdt garam halus
Cara Membuat:
1. Didihkan air, rebus gula merah dan gula pasir hingga gula larut. Angkat, saring dan dinginkan.
2. Di tempat terpisah, campur tepung terigu dengan gula pasir, susu bubuk, baking powder, soda kue, garam dan bubuk kayu manis. Aduk rata.
3. Masukkan telur, pewarna cokelat, margarin dan rebusan gula merah ke dalam adonan tepung. Aduk dan uleni dengan tangan sebentar hingga terbentuk adonan yang bisa dipulung/dibentuk.
4. Masukkan adonan ke dalam kom adonan. Tutup menggunakan serbet basah dan diamkan selama 30 menit.
5. Potong dan timbang adonan, masing- masing seberat 40 g. Bentuk bulat panjang dan agak dipipihkan. Letakkan adonan yang telah dibentuk di atas loyang beroles margarin.
6. Olesi atasnya dengan air menggunakan kuas kue. Taburi biji wijen yang telah di sangrai.
7. Panggang di dalam oven bertemperatur 170 derajat celcius selama 30 menit atau hingga kue matang, kering dan berwarna kuning kecoklatan. Angkat, dinginkan.
8. Simpan kue di dalam stoples kedap udara. Sajikan.
Untuk 600 g
Tip: Gunakan mentega agar aroma kue lebih harum. Pilih gula merah berwarna gelap agar warna kue lebih cokelat dan bagus.

sumber : http://teknologohasilpertanian.blogspot.com/2011/01/sejarah-resep-roti-gambang.html

Gambang Kromong

Gambang Kromong

Salah satu musik khas dari kesenian Betawi yang paling terkenal adalah Gambang Kromong, dimana dalam setiap kesempatan perihal Betawi, Gambang Kromong selalu menjadi tempat yang paling utama. Hampir setiap pemberitaan yang ditayangkan di televisi, Gambang Kromong selalu menjadi ilustrasi musiknya.

Kesenian musik ini merupakan perpaduan dari kesenian musik setempat dengan Cina. Hal ini dapat dilihat dari instrumen musik yang digunakan, seperti alat musik gesek dari Cina yang bernama Kongahyan, Tehyan dan Sukong. Sementara alat musik Betawi antara lain; gambang, kromong, kemor, kecrek, gendang kempul dan gong.

Kesenian Gambang Kromong berkembang pada abad 18, khususnya di sekitaran daerah Tangerang. Bermula dari sekelompok grup musik yang dimainkan oleh beberapa orang pekerja pribumi di perkebunan milik Nie Hu Kong yang berkolaborasi dengan dua orang wanita perantauan Cina yang baru tiba dengan membawa Tehyan dan Kongahyan.

Pada awalnya lagu-lagu yang dimainkan adalah lagu-lagu Cina, pada istilah sekarang lagu-lagu klasik semacam ini disebut Phobin. Lagu Gambang Kromong muatan lokal yang masih kental unsur klasiknya bisa didengarkan lewat lagu Jali-Jali Bunga Siantan, Cente Manis, dan Renggong Buyut.

Pada tahun 70an Gambang Kromong sempat terdongkrak keberadaannya lewat sentuhan kreativitas "Panjak" Betawi legendaris "Si Macan Kemayoran", Almarhum H. Benyamin Syueb bin Ji'ung. Dengan sentuhan berbagai aliran musik yang ada, jadilah Gambang Kromong seperti yang kita dengar sekarang. Hampir di tiap hajatan atau "kriya'an" yang ada di tiap kampung Betawi, mencantumkan Gambang Kromong sebagai menu hidangan musik yanh paling utama.

Seniman Gambang Kromong yang dikenal selain H. Benyamin Syueb adalah Nirin Kumpul, H. Jayadi dan bapak Nya'at.

Seiring dengan perkembangan zaman, keberadaan musik ini menjadi "terengah-engah" antara hidup dan mati (dalam tabel yang dibuat Yahya AS termasuk dalam kondisi "sedang"). Musik ini hanya terdengar di antara bulan Juni saja, yaitu sewaktu hari ulang tahun Jakarta. padahal tanggal dan tahun kelahiran kota jakarta saja belum jelas pastinya. Itupun di tempat-tempat tertentu, seperti di Setu Babakan misalnya.

Diperlukan pembinaan dan pelestarian berkelanjutan seni musik Gambang Kromong ini, khususnya bagi generasi muda Betawi. Kepedulian generasi muda Betawi terhadap keseniannya (seni musik dan seni silat) hendaknya harus melebihi generasi muda di daerah lainnya, karena keberadaan etnis Betawi itu sendiri yang berada di ibu kota Jakarta sebagai etalase kebudayaan Indonesia.

sumber : http://sahabatsilat.com/forum/seni-dan-budaya-nusantara/kesenian-musik-khas-betawi/